Puji Nur Ripha. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Post Icon

MANFAAT JAMUR TIRAM

Manfaat Jamur Tiram Bagi Kesehatan
Jamur Tiram Putih sebagai bahan baku pembuatan madu jamur untuk mencegah asam urat dan kolesterol. Selain mengandung berbagai macam asam amino esensial, lemak, mineral dan vitamin, juga terdapat zat penting yang berpengaruh terhadap aspek medis.


CEGAH ASAM URAT DAN KOLESTEROL
Jamur Tiram biasanya diolah menjadi aneka makanan lezat. Ternyata Jamur Tiram sejak jaman dahulu digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional. Khasiat Jamur Tiram bagi kesehatan tubuh memang terbukti. Dr. Ir. GN Wididana. M.Agr, misalnya, membudidayakan Jamur Tiram Putih sebagai bahan baku pembuatan madu jamur untuk mencegah asam urat dan kolesterol. Selain mengandung berbagai macam asam amino esensial, lemak, mineral dan vitamin, juga terdapat zat penting yang berpengaruh terhadap aspek medis.
Jamur Tiram Putih memiliki kandungan gizi cukup tinggi sehingga cocok bagi yang sedang diet. Komposisi kimia yang terkandung jenis dan tempat tumbuhnya. Dari hasil penelitian rata-rata jamur tiram putih mengandung 19-35% protein. Dibanding beras (7,38%) dan gandum (13,2%), jamur tiram berkadar protein lebih tinggi. Asam amino esensial yang terdapat pada jamur tiram terdapat 9 jenis dari 20 asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72% lemaknya tidak jenuh. Jamur tiram juga mengandung vitamin B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4 – 24,6% sangat bagai bagi pencernaan. Jamur memunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet.

Sumber: H-life, Koran pak oles, edisi 178, 1-15 juli 2009.

Nama : Puji Nur Ripha


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

PROSES TERBENTUKNYA MINYAK BUMI DAN EFEKNYA

1.     Proses Pembentukan Minyak Bumi
Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu :
Pertama, ada “bebatuan asal” (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
Kedua, adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.
Ketiga, adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.
Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65 oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260 oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177o C.
Apa saja komponen-komponen pembentuk minyak bumi ?
Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N).
Apakah ada perbedaan dari jenis-jenis minyak bumi ?
Ya, ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep. Minyak bumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih pendek. Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.


Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk minyak bumi ?
Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.
Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan bebatuan di atasnya kemudian mendistilasi sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-pelan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Bebatuan yang mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum bebatuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

Proses Pembentukan Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.









Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.





2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
Dampak dari Penggunaan Minyak Bumi di Lingkungan

Di balik manfaatnya untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dan mudah, minyak bumi ternyata menyimpan dampak yang merugikan lingkungan. Dampak tersebut ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Ada dua jenis pembakaran minyak bumi, yakni pembakaran sempurna dan pembakaran tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna, hidrokarbon akan bereaksi dengan oksigen membentuk gas karbon dioksida dan air. Jika dalam bahan bakar tersebut mengandung nitrogen, sulfur, atau besi, pembakaran sempurna akan menghasilkan nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan besi(III) oksida. Adapun pada pembakaran tidak sempurna, hidrokarbon yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas karbon dioksida, gas karbon monoksida, air, dan beberapa senyawa lain seperti nitrogen oksida.
Gas-gas seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan besi(III) oksida mencemari lingkungan. Selain akibat pembakaran sempurna ataupun tidak sempurna, pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar disebabkan juga oleh penambahan zat aditif (tetra ethyl lead/TEL) pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan. [2]
a. Penggunaan TEL pada bensin
TEL mengandung logam berat timbal (Pb) yang terbakar dan akan keluar bersama asap kendaraan bermotor melalui knalpot. Hal ini menyebabkan pencemaran udara. Senyawa timbal merupakan racun dengan ambang batas kecil, artinya pada konsentrasi kecil pun dapat berakibat fatal. Gejala yang diakibatkannya, antara lain: tidak aktifnya pertumbuhan beberapa enzim dalam tubuh, berat badan anak-anak berkurang, perkembangan sistem syaraf lambat, selera makan hilang, cepat lelah, dan iritasi saluran pernapasan.

1. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menyebabkan keberadaannya sulit dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena pada kadar rendah dapat menimbulkan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm dapat menimbulkan kematian. Gas CO ini berbahaya karena dapat membentuk senyawa dengan hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah. Oleh karena yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya HbO, tetapi justru HbCO.
Keberadaan HbCO ini disebabkan karena persenyawaan HbCO memang lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan karena afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menyebabkan terjadinya sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian. Sumber keberadaan gas CO ini adalah pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Salah satunya adalah pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor, dapat menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut.
2 C8H18(g) + 17 O2(g) → 16 CO(g) + 18 H2O(g)
Sumber lain yang menyebabkan terjadinya gas CO, selain pembakaran tidak sempurna bensin adalah pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan lain-lain. Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara adalah pembakaran tidak sempurna dari bensin, yang mencapai 59%. Sekarang ini para ahli mencoba mengembangkan alat yang berfungsi untuk mengurangi banyaknya gas CO, dengan merancang alat yang disebut catalytic converter, yang berfungsi mengubah gas pencemar udara seperti CO dan NO menjadi gas-gas yang tidak berbahaya,


2. Karbondioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita.
Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat langsung pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya kandungan CO2menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda-benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin panas. Hal ini menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan dapat dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect.
Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya-upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik.

3. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah. Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam bahan bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam bijih logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar berlebihnya kadar oksida belerang di udara adalah pada pembakaran batu bara. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang memang
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini menyebabkan korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO2 maupun SO3 yang terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk asam sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan, khususnya paru-paru.

4. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi. Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang.
Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, bagian pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter.
Prinsip kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

SOLUSI AKTERNATIF BAHAN BAKAR

SOLUSI ALTERNATIF
Menipisnya Cadangan Minyak Bumi, Kenaikan Harga Harus Diterima
Konsumsi minyak global sebesar 1,2 juta barel per hari, cadangan minyak di dunia berkurang dengan sangat cepat. Bahkan, produksi minyak dunia telah mencapai puncaknya pada tahun 2005 dan sejak saat itu tidak ada lagi peningkatan yang melebihi produksi maksimal tersebut.
Jika minyak dan bahan bakar fosil lainnya habis, maka akan ada banyak hal yang akan berubah, bagi manusia di seluruh dunia. Kita akan kehilangan sumber energi yang menghasilkan hampir 70% listrik dunia, pestisida dan pupuk yang penting untuk pertanian, plastik yang menjadi bahan baku berbagai benda mulai dari mainan, bungkus makanan, sampai pesawat terbang, dan juga berbagai bahan kimia yang membentuk dunia modern kita seperti obat-obatan, bahan pengawet, pewarna yang sebagian besar dibuat dari minyak dan batu bara. Bahan bakar fosil telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi manusia, lebih dari sebagai sumber energi. Habisnya bahan bakar fosil akan menjadi bencana bagi manusia. Karena selama ini bahan bakar fosil telah menyebabkan, dan mendukung pertumbuhan manusia dari kurang dari 1 miliar ke 7 miliar dalam 200 tahun.
Sehingga jika bahan bakar fosil mendadak hilang, maka hilanglah pilar yang menopang populasi manusia selama 200 tahun, dan akibatnya adalah bencana. Habisnya bahan bakar fosil adalah sesuatu yang tidak terhindar, karena mereka adalah sumber daya alam yang terbatas.
Apakah akan habis dalam 20 tahun, 50 tahun, atau 100 tahun, pada akhirnya bahan bakar fosil akan habis. Ketika mereka habis, akibatnya adalah bencana bagi manusia di seluruh dunia.
Habisnya bahan bakar fosil adalah sesuatu yang pasti, namun bencana yang terjadi akibatnya dapat dihindari. Caranya adalah dengan mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak bumi, Kita bisa mendukung penggunaan energi alternatif untuk listrik dan mesin-mesin kita seperti energi air, matahari, angin, dan panas bumi.

BAHAN BAKAR DARI BUNGA  MATAHARI
Banyak pihak yang berharap, bahan bakar yang saat ini masih mengandalkan energi fosil, dapat diganti dengan mengandalkan energi hijau, energi yang ramah lingkungan. Sebagai tumbuhan yang bisa menghasilkan energi, bunga misalnya, dapat menjadi salah satu dari sekian solusi untuk bisa menyelesaikan masalah cadangan energi di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Gerangan apakah bunga yang “ajaib” itu?

Tanaman hias hanya salah satu dari beberapa manfaatnya. Bentuknya yang unik, dengan kepala bunganya yang besar, lalu warna kuningnya yang tampak cerah, tentu akan mempercantik panorama alam di lingkungan Anda. Di balik keindahannya, bunga ini ternyata menyimpan potensi energi yang ramah lingkungan. Ya, bunga Matahari namanya.

Bunga yang berwarna khas kuning ini, memiliki biji yang mengandung minyak. Bijinya memang tipis. Meski begitu, biji tersebut memiliki kandungan minyak 48 sampai 52 persen. Untuk bisa menghasilkan minyak sebanyak satu liter, dibutuhkan 60 tandan bunga majemuk. Beberapa penelitian juga mencatat, biji bunga matahari juga bisa diolah sehingga menjadi biosolar.

Dengan memiliki kandungan tersebut, wajar jika bunga yang memiliki nama latin Helianthus Annuus, ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber minyak, baik untuk kebutuhan pangan maupun industri. Biji bunga tersebut, jika diproses dengan pengepresan dingin, maka dapat digunakan untuk salad, minyak masak dan mentega. Jika dilakukan dengan pengepresan panas, sebagian besarnya itu bisa digunakan untuk industri cat, plastik, sabun, detergen, dan ajuvan pestisida.

Biji tersebut dikupas dengan alat pengupas sebelum dipres. Lalu, biji itu dipanaskan dalam suhu 180-240 derajat fahreint. Kemudian, dipres secara mekanik dengan menggunakan expeller. Proses tersebut dapat memisahkan setengah kandungan minyak, lalu ditempatkan dalam proses larutan ekstraksi untuk memisahkan sisa minyak melalui pencucian secara kimia.

Minyak biji bunga matahari merupakan trigliserida yang tersusun atas asam lemak dan gliserol yang memiliki rantai karbon panjang. Sedangkan asam lemaknya, dapat di-alkoholisis dengan alkohol yang memiliki berat molekul rendah. Permasalahan yang muncul kini bagaimana memperoleh yield yang baik, dari alkoholisis minyak biji bunga matahari dengan metanol, dengan katalisis Natrium Hidroksida (NaOH) untuk menghasilkan metil ester sebagai bahan bakar alternatif.

Metil ester yang dihasilkan itulah yang diharapkan dapat menjadi bahan bakar alternatif. Dengan begitu, ada harapan minyak bumi dapat digantikan dengan bahan bakar yang dapat diperbaharui dan lebih ramah lingkungan. Biji bunga matahari ini juga mengandung 45 sampai 50 persen lipid, sehingga, hal itu memungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber energi biodiesel. Asap hasil pembakaran dari metil ester ini bersih dan tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida. 

Metil ester adalah bahan kimia dasar turunan dari minyak dan lemak. Metil ester ini diproduksi dengan proses alkoholisis, di mana minyak atau lemak itu direaksikan dengan methanol atau biasa disebut dengan metanolisis. Proses metanolisis minyak atau lemak akan menghasilkan metil ester dan gliserol dengan memecahkan trigliserida. Sebagaimana diketahui, alkoholisis adalah reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk membentuk suatu ester.

Wujud metil ester ini berupa cairan berwarna yang mudah larut dalam alkohol tapi tidak larut dalam air. Metil ester juga biasanya digunakan sebagai pembasah, campuran pelumas dan pelindung. Sedangkan gliserol, itu adalah cairan yang tidak berbau, tidak berwarna, hidroskopis, larut dalam air dan alkohol, tapi tidak larut dalam eter, benzene, dan kloroform. 

Dalam sebuah penelitian, minyak bunga matahari secara 100 persen pernah digunakan untuk kendaraan traktor, sebagai pengganti bahan bakar diesel. Dan ternyata, bunga matahari memiliki viskositas 14 persen lebih tinggi ketimbang bahan bakar diesel pada 37 derajat celcius. Mesin atau motor dapat menggunakan minyak biji bunga matahari karena sama dengan mesin diesel, tapi, oksidasi minyak bunga matahari itu menyebabkan getah berat atau deposit lilin menempel pada peralatan tes.

Untuk diketahui, bunga matahari merupakan produk makanan yang penting bagi manusia karena memiliki kandungan energi yang tinggi. Bahan nabatinya sampai 86 persen. Beberapa penelitian mencatat, hampir 12,6 persen produksi minyak nabati di dunia dipenuhi dari bunga matahari.

Minyak yang dihasilkan dari biji bunga matahari, itu kemudian diekspor sebagai minyak mentah, atau dimurnikan untuk konsumsi lokal. Proses penjernihan, termasuk proses degumming, yakni dengan menambah air panas dan dikombinasikan dengan centrifuge. Minyak itu kemudian dicuci dan diharumkan dengan proses pemanasan atau pendinginan dan penyaringan akhir, yang tidak membutuhkan hidrogensi.

Sebagai tumbuhan yang ditanam di tanah yang hangat, bunga Matahari harus berada di suasana yang cerah. Daerah-daerah yang beriklim subtropis, tentunya menjadi tempat favorit bagi tumbuhan ini. Namun, di beberapa negara di Eropa, bunga ini hanya bisa ditanam pada musim semi sampai musim gugur. Bahkan, tanaman ini juga menghindari frost. Tumbuhan jenis ini memang seharusnya ditanam di dataran tinggi. Jika ditanam di situ, daerah-daerah tropika misalnya, bunga Matahari akan tumbuh dengan baik. 

Tanaman yang kerapatannya mulai 6000 sampai 7000 tanaman per hektar, ini merupakan tumbuhan yang berasal dari suku kenikir-nikiran (Asteraceae). Diameter kepala bunganya bisa mencapai 30 cm. 

Bunga Matahari, termasuk dalam kategori majemuk. Tumbuhnya tanaman ini terdiri dari ratusan bahkan ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Seperti namanya, bunga ini selalu menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Sifat ini biasa disebut heliotropisme. Tournesol, yang berarti pengelana Matahari, adalah sebutan orang Perancis untuk bunga ini.Umar Mukhtar
Membuat Bioetanol dari Singkong

Negara-negara maju telah mengembangkan energi alternatif yang dapat menggantikan peranan minyak bumi dan sumber bahan alam (terutama galian) yang berfungsi sebagai bahan bakar. Cadangan minyak bumi yang semakin menipis karena peningkatan kebutuhan serta jumlah penduduk dunia yang bombastis adalah faktor pendorong giatnya ilmuwan dalam mencari sumber energi baru yang dapat diperbaharui, murah dan aman bagi lingkungan (terutama yang berasal dari nabati).

Beberapa bahan bakar alternatif yang popular adalah biodiesel, biogas, biofuel, hydrogen dan energi nuklir. Biofuel adalah salah satu turunan dari biomassa. Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau hewan, biasanya dari pertanian, sisa padatan juga hasil hutan.
Coba kita lihat biofuel, khususnya etanol. Melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula komplek menjadi gula sederhana), fermentasi, dan distilasi, tanaman-tanaman seperti Jagung, Tebu dan Singkong dapat dikonversi menjadi bahan bakar.
Kebetulan beberapa waktu yang lalu menemukan cara pembuatan etanol dari singkong yang diterapkan oleh Bapak Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari :

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainles berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100″C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32″C dan pH 4,5—5,5.
7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78″C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100″C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek

BAHAN BAKAR DARI ECENG GONDOK

Eceng gondok (EG) atau Eichhornia crassipes adalah gulma (penggangu) bagi daerah-daerah perairan. Pendayagunaan Eceng gondok pada saat ini baru sebatas pembuatan kerajinan. Pernah diadakan penelitian untuk pendayagunaan eceng gondok ini sebagai bahan baku kertas. Memang bisa, kertas yang dihasilkan bagus, tetapi proses pembuatan dari eceng gondok menjadi kertas membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga nilai ekonomismya tidak ada.
Saat ini eceng gondok telah dibudidayakan untuk membuat biogas. Hasil dari biogas ini sangat membantu di pedesaan sebagai bahan bakar dan listrik. 
Metode ini saat ini dilakukan oleh PT Indonesia Power (PTIP) di waduk saguling.

Proses Pembuatan 
Pertama, EG dicacah kecil. Sekitar 1 CM. Lalu dimasukkan ke dalam drum modifikasi. Lalu tambahkan air. Takarannya 1:1. Setelah dirasa cukup, diamkan selama seminggu. Setelah itu, buka kran yang ada di atas drum modifikasi untuk mengeluarkan oksigen. Setelah dirasa cukup, untuk mengetes apakah ada gas atau tidak, silahkan nyalakan korek api di dekat kran. Jika menyala, segera salurkan gas tersebut ke plastik/drum penampung gas. Dari penampung gas inilah, gas dapat disalurkan ke kompor. Setelah itu, kita siap untuk memasak. Untuk menambah kekuatan semburan gas, dapat diletakkan batu/kayu diatas penampung gas untuk menekannya. Besaran gas tergantung dari seberapa besar jumlah EG yang kita masukkan. Sebagai gambaran eceng gongok seberat 200 kilo dapat menghasilkan biogas cukup untuk seminggu, dengan pemakaian 1,5 jam per hari. Biogas ini sama sekali tidak menimbulkan efek samping, seperti bau, dll. Bahkan kebocoran gas seperti lazimnya terjadi pada elpiji produk Pertamina sangat kecil kemungkinannya terjadi. Ringkasnya apa yang ada di alam benar-benar tidak ada yang mubazir. 
BAHAN BAKAR DARI AMPAS KOPI

Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan kebutuhan bahan bakar meningkat. Biodiesel dari Ampas Kopidapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang diperoleh melaluiproses ekstraksi, esterifikasi kemudian transesterifikasi dengan katalis KOH. Tujuan percobaan ini mengetahui hasil dan kualitas biodiesel terhadap penambahan variabel KOH. Prosedur pembuatan biodiesel yang pertama yaitu memisahkan minyak dari 100 gr ampas kopi dengan melakukan ekstraksi soxhlet menggunakan pelarut n-hexane sebanyak 300 gr (1:3) pada 700C, kemudian dipisahkan dengan melakukan destilasi pada 70oC. Prosedur kedua yaitu melakukan Esterifikasi terhadap minyak untuk mengurangi kadar FFA menggunakan katalis Asam Sulfat (H2SO4) pekat 1% dari berat minyak. Melanjutkan dengan proses Transesterifikasi menggunakan katalis basa (KOH) dengan variabel 0,5%; 1,5%; dan 2,5% dari berat minyak. Biodiesel yang dihasilkan dicuci dengan air 50oC dan diaerasi dengan aerator. Prosedur terakhir yaitu melakukan analisa viskositas, densitas, pour point, dan flash point. Hasil percobaan ini didapatkan biodiesel sesuai SNI 04- 7582-2006 dengan nilai masing-masing variabel untuk viskositas sebesar 5,153; 5,276; 5,891 cSt, densitas 0,857; 0,864; 0,873 gr/ml, flash point 191; 159; 117 oC, dan pour point 7; 2; 1 oC. Semakin besar variabel penambahan KOH semakin banyak biodiesel serta hasil samping berupa gliserin.

BAHAN BAKAR DARI BIJI ALPUKAT

Tiga mahasiswa D-3 Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip), Esthu Nurhikmayati, Tyas Surya dan Hana Tris. Ketiganya menggabungkan ide cemerlang untuk mengkonversikan limbah biji buah alpukat dengan proses transesterifikasi menjadi biodiesel. 

Proses transesterifikasi ini artinya dengan menambahkan basa kuat seperti NaOH ke dalam minyak mentah dari biji alpukat
. Menurut penelitian ketiganya, biji alpukat memiliki kandungan trigliserida yang menjadi komponen utama dari biodiesel. 
Selain itu, biji buah alpukat lebih ekonomis dibandingkan dengan biji buah jarak yang juga memiliki kandungan trigliserida yang masih lebih rendah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS