HIDUP. Begitu sulit menafsirkan kata itu. Sulit untuk
di terjemahkan ataupun di interpretasikan. Aku menemukan nya dikala aku berjalan
di tengah angan, memutar sandiwara ke hulu muara, Tak tentu arah tujuan,
ya. Aku menemukannya dikala aku menutup mata, menyusuri jalan kegelapan di
tengah lautan yang sepi. Aku bertemu dengannya. Di situlah, di tempat itulah
pertemuanku.
HIDUP.
Dia bersembunyi di balik batu karangyang mengembang, menghampiriku,
menyapaku, menggenggam tanganku. Dia tersenyum lalu menghilang. Kemana lagi aku
mencari, aku sendiri lagi. Ku cari lagi, di datang lagi tapi dia menangis.
Matanya sayu, kepalanya tertunduk lemas. Dia tak menyapaku, tak senyum padaku.
HIDUP.
Aku bertemu lagi dengannya, aku menyapanya, menggenggam tangannya. Mengajaknya
menari di atas kanvas nya. Aku tersenyum melihat dia tersenyum. Dia menari
dengan indah di atas kain sutra bealaskan embun pagi. Menyulam samudra
berhiaskan permata indah yang bersinar menyilaukan mata yang memandangnya.
HIDUP.
Lalu dia berdiri tersenyum menggenggamku. Kita berjalan kembali berdua di atas
jalan penuh bunga merona menyebar kesegala arah. Kita tersenyum indah diatas
perahu emas yang berlayar dengan santainya.
Created Puji Nur Ripha
Bogor 2013
0 komentar:
Posting Komentar